China Unggul Konversi Sampah Jadi Energi: Pelajaran Berharga untuk Indonesia Raih Energi Hijau!

2025-08-25
China Unggul Konversi Sampah Jadi Energi: Pelajaran Berharga untuk Indonesia Raih Energi Hijau!
merdeka.com

Jakarta, ID – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia tengah menjajaki peluang kerjasama teknologi hijau dengan China. Fokus utama adalah mempelajari bagaimana China berhasil mengubah tantangan sampah menjadi solusi energi yang berkelanjutan, serta mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang ekstensif. Langkah ini diharapkan dapat menjadi kunci bagi Indonesia dalam mempercepat transisi energi dan mencapai target energi bersih.

Inspirasi dari Keberhasilan China

China telah menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan dengan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi konversi sampah menjadi energi (Waste-to-Energy/WtE). Teknologi ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga menghasilkan listrik yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi.

“Kami melihat China sebagai contoh sukses dalam mengelola sampah dan mengubahnya menjadi sumber energi yang bernilai. Indonesia memiliki tantangan serupa dengan volume sampah yang terus meningkat, sehingga teknologi WtE menjadi solusi potensial,” ujar seorang pejabat Kementerian ESDM.

Teknologi WtE: Bagaimana Cara Kerjanya?

Proses konversi sampah menjadi energi melibatkan beberapa tahapan. Pertama, sampah disortir untuk memisahkan material yang dapat didaur ulang. Kemudian, sampah yang tersisa dibakar dalam insinerator khusus dengan temperatur tinggi. Panas yang dihasilkan dari pembakaran sampah digunakan untuk memanaskan air dan menghasilkan uap. Uap ini kemudian memutar turbin yang terhubung ke generator, menghasilkan listrik. Selain pembakaran, teknologi lain yang digunakan termasuk gasifikasi dan pirolisis, yang mengubah sampah menjadi gas atau minyak yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Ekosistem Kendaraan Listrik China: Model untuk Diadopsi

Selain teknologi WtE, Indonesia juga tertarik untuk mempelajari bagaimana China berhasil membangun ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) yang lengkap. China memiliki jaringan pengisian daya yang luas, insentif pemerintah yang menarik, dan dukungan infrastruktur yang kuat untuk industri EV.

“Pelajaran dari China adalah bahwa transisi ke kendaraan listrik membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah, industri, dan konsumen. Indonesia perlu mempercepat pembangunan infrastruktur pengisian daya, memberikan insentif bagi pembeli EV, dan mendorong pengembangan industri komponen EV lokal,” jelas pejabat tersebut.

Peluang dan Tantangan bagi Indonesia

Kerjasama dengan China menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, ada juga tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya investasi yang tinggi, regulasi yang kompleks, dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru.

Kementerian ESDM berkomitmen untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan bahwa kerjasama dengan China dapat memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia. Dengan mempelajari pengalaman China, Indonesia dapat mempercepat pengembangan energi hijau dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Langkah Selanjutnya

Kementerian ESDM akan terus menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait di China untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai teknologi dan kebijakan yang diterapkan. Selain itu, Kementerian juga akan melakukan studi kelayakan untuk mengidentifikasi proyek-proyek WtE dan EV yang potensial untuk diimplementasikan di Indonesia.

Rekomendasi
Rekomendasi